Guntur, nama yang singkatnya. Meski singkat, ibarat guntur di angkasa yang menggelegar, sukses beprestasi di ajang ASEAN Para Games bersama tim para renang menyumbang medali terbanyak kontingen Indonesia.
Lahir 34 tahun yang lalu, tepatnya 12 Oktober 1983, di Balikpapan Kalimantan Timur dari keluarga nelayan asal Sulawesi Selatan, ayah bernama H Senter dan ibu Hj Suwarni.
Guntur kecil hingga usia remaja tumbuh normal tanpa ada kekurangan apapun, hingga suatu saat di tahun 2000 ketika ikut berkapal membantu orang tuanya musibah terjadi, kecelakaan kapal nelayannya membuat tangan kirinya putus terkena kibasan kipas mesin kapal.
Seketika dunia serasa gelap, seolah kekurangan pada dirinya memupus segala harapan masa depannya. Beruntung orang tua tercinta, keluarga, dan kawan-kawannya tetap memberi semangat, terutama sahabatnya Lamri yang mengenalkan pada dunia paralimpian.
Singkat cerita, setelah 2 tahun menguatkan diri menerima takdir, sejak 2002 hingga 2006 berjuang untuk dapat masuk menjadi bagian atlet difabel. Tahun 2006 menjadi tahun kebangkitannya, mengikuti Pekan Paralympic Provinsi (Peparprov) Kalimantan Timur berhasil mendapat 10 medali emas.
Perjuangan semakin membuahkan hasil saat dipanggil NPC Indonesia untuk turut memperkuat ASEAN Para Games 2011 di Solo, memperoleh 2 emas 2 perak. 2013 Myanmar 4 emas, 2015 Singapura 2 emas 2 perak dan 1 perunggu.
Untuk ASEAN Para Games ke-9 Kuala Lumpur Malaysia ini kesempatan masih diberikan padanya, berbekal pemusatan latihan jangka panjang (Training Camp) di Kopassus Solo sejak awal 2016, 5 emas dipersembahkan untuk Kontingen Merah Putih. 5 medali itu lahir dari 100m Gaya Dada SB8, 4x100m Estafet Gaya Bebas, 4x100m Estafet Gaya Ganti, 50m Gaya Dada SB8, dan 50m Gaya Bebas S8.
Atlet yang dalam pemusatan latihan dibawah pembinaan Pelatih Bima Kausar dan Dinda Ayu Sekartaji Marbun ini, bercita-cita tahun depan dapat memperkuat Indonesia sebagai tuan rumah Asian Para Games.
"Saya di Incheon 2014 sudah ikut tapi belum dapat emas, meski harus melalui seleksi ketat lagi saya akan berjuang bisa tampil di Asian Para Games 2018, dengan bayang-bayang kekuatan China saya bertekad mempersembahkan medali untuk Indonesia," kata Guntur.
Pada penghujung wawancara di Cafe Kolam Renang Bukit Jalil, atlet yang mengidolakan atlet Indonesia Triadi, atlet Singapura Joseph Isaac Schooling, dan atlet dunia Michael Phelp, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menpora Imam Nahrawi atas perhatiannya terhadap atlet terutama atlet-atlet difabel seperti dirinya.
"Saya bangga dan senang kepada Pak Menpora Imam Nahrawi, dekat dengan atlet, kalau ketemu menyempatkan selfie, dan kalau berbicara membangkitkan semangat, terima kasih dan salam untuk beliau," pungkasnya.
Sumber: sangatta
0 Response to "Kisah Putusnya Tangan Anak Nelayan Kaltim Yang Berprestasi di ASEAN Para Games"
Posting Komentar